ASAL USUL MASYARAKAT KOMERING

1. Bedasarkan legenda, DAERAH ASAL SUKU KOMERING
Dahulu didaerah Pegunungan Perbatasan Burma / Siam ( Thailand ) hidup berdampingan secara damai antara beberapa
suku yakni suku Melayu Kuno, Igorot , Ranau, Toraja, dan lain – lain .
Suku Komering berada ditengah-tengah suku lainnya namun ia mampu
mempertahankan identitasnya terutama pada alat komunikasi yaitu bahasa,
bahasa Komering sementara pengamat menyatakan banyak kesamaan dengan
bahasa Batak, yang ceritanya antara 2 suku tersebut sering bercanda
untuk menyatakan siapa yang tertua diantara Nenek Moyang mereka yang
bersaudara.
Suku Batak adalah bagian dari Melayu Kono yang mendiami pergunungan perbatasan Burma / Siam ( Thailand ). Selain suku Melayu Kono juga adanya suku IGOROT, Ranau, Toraja dan lain-lain . Semua
suku yang menghuni pegunungan Siam, menolak segala hubungan dengan
dunia luar. Kemudian sekitar tahun 1000 sebelum Masehi Bangsa Mongol
memperluas daerah sampai ke sungai Mekong.dengan demikian suku – suku
yang berada di pegunungan Siam merasa terdesak dan memberanikan diri
pergi menyeberangi lautan, di antara suku tersebut adalah suku ranau
yang mendarat di Sumatera Selatan dan berkurung disekitar Danau Ranau ± 2500 tahun. Sedangkan Suku Batak mendarat di Pantai Barat Andalas, lalu kemudian Suku Batak dan terpencar di Pulau
Andalas ( Sumatera ), tulisan suku Ranau hampir sama dengan tulisan
Batak, sedangkan Bahasa Batak logatnya hampir dengan Bahasa Igorot (
Philipina ).
Pada
saat itu terjadi perpindahan besar besaran dari daratan Asia ke Daerah
Nusantara.Suku Bangsa Melayu Kuno ( India Selatan ) dalam pengungsianya
bergerak menyeberangi laut Andaman, kemudian berpencar dalam beberapa
kelompok, diantaranya ada yang sampai di ujung Utara Sumatera, yang
terpecah menjadi Batak Karo, Toba, Dairi dan Alas, sedang kelompok
lainya berlayar ke pantai barat dan menuju ke ujung Selatan sementara,
tepatnya di daerah Keroi dan menyebar di daerah pegunungan, ada yang
menetap di Bukit Pasagi dan juga di gunung Seminung. Kemudian ketiganya
berkembang berasimilasi dengan penduduk asli yang lebih dahulu mendiami
sekitar gunung Seminung tersebut, sehingga timbulah Ras baru,
diantaranya : Komering, Ranau, Daya, Lampung. Pada waktu itu kepercayaan mereka adalah Animisme, dalam perkembangannya, mereka meminta kekuatan gaib dan kesaktian dengan melakukan Pertapaan
di bukit Pasagi dan Gunung Seminung, kemudian mereka menyebar disekitar
Danau Ranau dan mendirikan perkampungan yang bernama SAKALA BERAK,
Sakala berarti Penjelmaan / titisan, sedang kata berak berarti Besar / lebar, dalam Bahasa Komering sekarang. jadi SAKALA BHRA artinya Titisan atau Penjelmaan Dewa dari Gunung Seminung. Anggapan demikian dapat dilihat pada persamaan bagi Sesepuh dengan istilah PU –HYANG (Puhyang ) berarti Tuanku Barasal Dari Dewa
wangsa Sakala Bhra sebagai “ MULAN “ mulan bearti generasi yang
kemudian. ( Pak Sipak ). Jadi Suku Komering asimilasi antara penduduk
asli Gunung Seminung dengan pendatang dari Suku melayu kuno.
2. ASAL MULA NAMA KOMERING
Menurut informasi penduduk dan cerita orang tua –tua setempat, Komering berasal dari bahasa India yang berarti PINANG,
kerena sebelum abad ke IX daerah ini marak dengan perdagangan buah
pinang, dengan pedagang dari India, sebagai bahan rempah –
rempah.diantara jenis rempah lainya sebagai juragan Pinang.Kemudian
juragan pinang yang berasal dari India tersebut dimakamkan di dekat
pertemuan sungai Selabung dan Waisaka, di
hulu Kota Muara Dua. Dari tempat makam tersebut mengalir sungai sampai
Ke muara ( Minanga ), sehingga mulai saat itu semua penghuni di
sepanjang pinggiran sungai tersebut dinamakan Orang Komering dan daerahnya dinamakan Daerah Komering. Setelah
terjadinya perubahan geografis karena peristiwa alam, Muara Sungai
Komering ( Minanga sekarang ) terjadi pendangkalan sepanjang 125M
pertahun kearah Bangka. Sebelum abad ke VIII Minanga masih berada di
tepi pantai / muara sungai komering.Setelah terjadi pendangkalan aliran
sungai Komering terpecah menjadi 2 cabang sungai mulai dari Minanga
kearah hulu sekitar 20 km tepatnya di Rasuan lama. 2 aliran tersebut :
a. Aliran sungai yang lama menyempit disebelah timur sampai diminanga dan rawa / lebak ( Bekas Lautan Purba).
b. Aliran
sungai yang baru di sebelah Barat mengalir ke daerah Tobong, Plaju dan
bermuara di Musi, kepada mereka yang menghuni aliran sungai Komering
yang baru disebut orang Komering Ilir, walaupun kebanyakan dari mereka
bukan penduduk yang berbudaya Komering, sedangkan di bagian hulu sungai
Komering mulai dari Selabung sampai ke Ranau penduduknya tidak mau
disebut orang komering, karena mereka tidak tinggal dipinggiran sungai
Komering, mereka menaman dirinya “ JELMA DAYA “ yang berarti ( aktif,dinamis ) tapi mereka pendukung Budaya Komering ( Y.W.Van Royan 1927 ).
c. Sepanjang
aliran sungai Komering dari Hulu ( Muara Dua ) sampai dengan Gunung
Batu dan juga yang tidak disekitar sungai Komering penduduknya terbagi
menjadi 2 Kewedanaan yaitu :
§ Kewedanaan Muara Dua Beribukota di Muara Dua.
§ Kewedanaan Komering Beribukota di Martapura.
Komering
adalah pendukung budaya Seminung yang mendiami tepian sungai komering
mulai dari Batu Raja Bungin sampai dengan Gunung Batu, dan ada juga yang
mendiami daratan yang agak jauh dari pinggiran ungai Komering.Sesuai
dengan pemekaran desa / dusunya masing – masing, khusus penduduk yang
pendatang bersal dari berbagai daerah = ada yang dari :Batak,
Padang, Jawa, Sunda, Ogan dll.
Kebanyakan
masyarakat pendatang mendiami daratan dan aliran sungai buatan /
bendungan peninggalan zaman Belanda, yang sekarang tetap di renovasi dan
dikembangkan masyarakat OKU TIMUR dengan sebagian besar
bermata pencaharian di bidang pertanian, yang sekarang menggunakan
teknologi pertanian yang lebih baik, terbukti dengan sebutan lumbung
pangan Sumatera Selatan. Di bidang Kebudayaan; Masyarakat OKU TIMUR
terdiri dari beberapa etnis, maka Seni Budaya pun bermacam – macam,
meskipun demikian kebudayaan asli masih tetap lestari di tengah – tengah masyarakat pendukungnya yaitu Adat Budaya Komering.
PUHYANG / RUMPUN SAKALA BHRA .
Sebagaimana
dijelaskan dalam asal – usul suku komering SAKALA BHRA berarti Titisan /
Jelmaan Dewa dari Gunung Seminung, yang sIstem pemberian nama bagi
sesepuh atau leluhur disebut Pu – Hyang, berarti tuanku berasal dari Dewa (
dokumentasi Pemda OKU tahun 1979 ) didapat cerita asal – usul
berdirinya marga – marga yang menyebar dan adanya 7 Kepuhyangan
di sepanjang aliran Sungai Komering.
Pertama kali sekelompok suku dari pegunungan Muaradua ingin mencari tempat
– tempat yang dapat memberikan jaminan kehidupan, kemudian bergeraklah
mereka menelusuri sungai Komering kearah utara atau hilir dengan
menggunakan rakit, dengan berbahasa Komering lama yang disebut (SAMANDA) jadi Samanda adalah Bahasa Komering lama.
Kelompok pertama yang pergi turun gunung adalah kelompok Semendawai. Kata Semendawai berasal dari kata SAMANDA di WAY
yang berarti menelusuri sungai dari hulu, terakhir mendarat dimuara (
Minanga ) kemudian mereka berpencar mencari tempat – tempat strategis
untuk menetap dan mendirikan 7 ke Puhyangan diantaranya:
Puhyangan Ratu Sabibul pendiri daerah Gunung Batu, gunung batu berarti ( Manusia Gunung ).
Puhyang Kai Patih Kandi pendiri daerah Maluway ( Maluway / Manduway ) berarti petunjuk arah.
Puhyang Minak Ratu Damang Bing pendiri daerah Minanga ( Muara )
Kemudian menyusul kelompok ke 2 ( dua ) yang turun gunung adalah :
Puhyang Umpu Sipandang pendiri daerah Gunung Terang yang berarti orang gunung menempati tempat yang terang ( Padang rumput ). Dalam kegiatannya mereka membuka lahan padang rumput yang luas, kegiatan tersebut dinamakan MADANG
Puhyang Minak Adi Pati, pendiri daerah Pemuka Peliung. Kegemaran Puhyang tersebut membawa (PELIUNG) sejenis Kampak. Sehingga daerah ini dinamakan Pemuka Peliung ( sekitar ± abad ke 13 pernah terjadi perang Abung )setelah perang abung, berakhir adanya kepuhyangan baru yaitu:
Puhyang Ratu Penghulu, pendiri daerah Banton.
Puhyang Umpu Ratu, pendiri daerah Pulau Negara.
Puhyang Jati Keramat, pendiri daerah Bunga Mayang, bunga mayang berasal dari nama Permaisurinya yang keluar / datang dari Bunga Mayang Pinang ( Peri Bunga Pinang ).
Puhyang Sibala Kuang / Puhyang DAYA, pendiri
daerah Mahanggin terdiri dari Sandang, Rawan, Rujung, Kiti,
Lengkayap dll. Nama marga / kepuhyangan ini menggunakan nama BHU WAY / KEBHUAYAN merupakan istilah yang dibawa orang Sakala Bhra baru, ( generasi Paksipak atau penerus Sakala Bhra ) setelah pengusiran orang – orang abung dari daerah Komering . Dari ke 7 puhyang
yang mendiami sekitar sungai Komering masing – masing berdiri
sendiri yang dipimpin oleh seseorang sesepuh disebut puhyang.
Komentar
Posting Komentar